Sumbar - Dalam perhitungan Debit Banjir tahunan menggunakan metoda Melchior yang dilakukan tim ahli dari Politeknik Negeri Padang, didapat Q10 adalah 730, 48 m3/dtk. Analisa banjir dilanjutkan menggunakan Program HEC-RAS 4.0 untuk mengetahui tinggi banjir dari luapan batang kuranji.
Hasil analisa menggunakan HEC-RAS terhadap 9 buah cross memberikan gambaran hampir semua titik mengalami kondisi banjir (luapan), dan hanya beberapa titik saja yang tidak mengalami luapan.
Hal ini disebabkan karena kontur daerah bagian hulu rendah. Hasil menggunakan HEC-RAS 4.0 didapat tinggi banjir setinggi 0,20 meter pada bagian hilir dan setinggi 1,40 meter pada bagian hulu.
Oleh sebab itulah, Ditjen Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PUPR berupaya memperbaiki DAS Batang Kuranji di segmen hulu dan tengah, dengan menggelontorkan dana Ratusan Miliar Rupiah.
Terlihatnya rongga yang cukup besar (seperti mulut Goa) pada bangunan dinding tebing Cekdam. |
Fase pertama pembenahan DAS Batang Kuranji dimulai dari pembangunan bangunan pengendali sedimen Batang Kuranji dan anak sungainya pada segmen tengah, dan Fase kedua pembangunan bangunan pengendali sedimen Batang Kuranji dan anak sungai segmen hulu.
Pembangunan cekdam dan groundsill, serta saluran PTMLH dan intake air baku yang dimulai sejak 2015 hingga 2020 telah menelan anggaran melebihi Rp.400 Miliar.
Tiang beton tempat kedudukan pipa terancam amblas, |
Dan lanjutan pembangunan pada bangunan pengendali sedimen Batang Kuranji dan anak sungai segmen hulu untuk tahun anggaran 2021 ini baru saja selesai dilaksanakan oleh BWSS V Padang beberapa bulan lalu.
Namun sungguh disayangkan, investasi infrastruktur demi kepentingan masyarakat yang telah dilakukan oleh pemerintah pusat melalui Kementrian PUPR ini terkesan diabaikan oleh BWSS V Padang sebagai perpanjangan tangan Direktorat Jenderal SDA Kementrian PUPR, dan selaku ujung tombak didaerah hal ini semestinya tidak terjadi.
Dari pantauan media ini dilapangan (21/12/2021), terlit pohon, tanah dan batu besar menghimpit saluran pipa, yang bersumber dari longsoran yang terjadi di lokasi tersebut.
"Longsoran ini terjadi sekitar dua bulan yang lalu" ungkap Wandi, salah seorang warga sekitar yang sering melintasi daerah tersebut.
"Lihat saja, pohon yang tumbang daunnya sudah menghitam dan mengering, karena sudah lama"
Pohon, tanah dan batu besar menghimpit saluran pipa, yang bersumber dari longsoran yang terjadi di lokasi tersebut. |
Kami juga sangat kawatir, kalau tidak segera ditangani, jalan yang baru dibangun ini juga akan amblas dan menimpa struktur bangunan yang ada dibawahnya" tambah Wandi.
Dari penelusuran media ini juga terlihat, tiang beton tempat kedudukan pipa terancam amblas, dan terlihatnya rongga yang cukup besar (seperti mulut Goa) pada bangunan dinding tebing Cekdam.
Saat ini, cuaca ekstrem (La-Nina) tengah melanda sebagian besar wilayah Provinsi Sumatera Barat. Sampai kapankah kondisi ini dibiarkan..?, Kita tunggu tanggapan dari pihak BWSS V Padang. (Tim)
Post a Comment