Oleh : Arianto, S.Sos
Mahasiswa Program Magister Ilmu Komunikasi
Universitas Andalas
Padang,araamandiri - Komunikasi sebagai ilmu multidisiplin mempunyai peran penting bagi setiap aspek keilmuan, karena dengan komunikasi akan terbentuk hubungan antara makhluk sosial, baik individu maupun kelompok. Juga dikatakan bahwa komunikasi adalah ilmu yang berhubungan atau berkaitan dengan masalah hubungan, dengan kata lain komunikasi adalah ilmu bertukar pikiran atau pendapat antar sesama manusia.
Sering tampa disadari, dalam berinteraksi kepada individu, kelompok, dan organisasi adalah dasar dari komunikasi. Sebab, tampa komunikasi yang baik, interaksi tidak akan berjalan dengan lancar, kemungkinan perbedaan makna dan kesalahpahaman dalam masyarakat akan berdampak besar.
Komunikasi akan gampang mempengaruhi mengubah sikap seseorang menjadi baik ataupun buruk, mengambil keputusan, dan mengalami perubahan seiring permasalahan yang dialami manusia tersebut.
Mengenai itu semua banyak teori komunikasi yang membuktikan, karena penelitian tentang teori komunikasi sudah dilakukan dari beberapa abab yang lalu. Teori itu sendiri muncul dari abstraksi pengalaman seseorang dan disertai konsep, dan penjelasan dari berbagai aspek kehidupan lainnya. Teori-teori tersebut yang akan menjadi ilmu bagi manusia beriringan dengan perubahan peradaban manusia.
Komunikasi peradaban manusia akan dipengaruhi oleh teori-teori tentang diri dan pesan. Dalam teori ini akan membahas bagaimana seseorang melakukan interaksi dan menyampaikan pesan kepada orang lain. Teori komunikasi itu diantaranya: Teori Interaksi Simbolik, Coordinated Management of Meaning (CMM), Disonansi Kognitif, Expectancy Violations Theory (EVT).
Karakteristik teori interaksi simbolik adalah hubungan timbal balik yang terjadi antara manusia dengan masyarakat, begitu juga masyarakat itu sendiri dengan individu. Interaksi simbolik antar individu berkembang dengan sendirinya melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan bersama-sama. Teori ini dibagi menjadi 2 macam, yang pertama secara verbal (gerak fisik, baju, status, dan body language) dan yang kedua, non-verbal (kata-kata suara).
Isyarat sebagai simbol dalam berinteraksi sesama manusia mampu menjadi objek untuk diri sendiri dan melihat tindakan yang dilakukannya, seperti orang melihat tindakannya dirinya sendiri. Simbol-simbol ciptaannya tersebut diambil dari gerak tubuh yang terjadi saat interaksi, dalam pandangan perspektif sosial simbol-simbol itu meliputi: suara atau vokal, gerakan simbolik, ekspresi tubuh atau gerak tubuh (Jhon Dewey, Charles, Hebert Mead dan Heber Blumer).
Yang kedua teori coordinated management of meaning, teori ini bukan hanya menguji kebenaran tunggal dari permasalahan saja tetapi mencari konsekuensi dari permasalahan terjadi. Teori ini memandang sebagai teori yang berguna untuk menstimulasi cara berkomunikasi yang dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang dalam percakapan sehari-hari. Teori CMM ini pada umumnya banyak digunakan dalam konteks mediasi, terapi keluarga, dan konflik budaya (Pearce dan Cronen) .
Teori ini dalam melakukan interaksi mempunyai aturan tersendiri, konstruktif melakukan interaksi dilakukan communicator untuk memahami kejadian dan pesan yang disampaikan oleh orang lain, penafsiran pesan dapat membantu penambahan makna pesan itu sendiri. Kedua Regulatif yang artinya bagaimana communicator memberikan reaksi terhadap pesan, dan bagaimana memberi respons dan tanggapan terhadap pesan yang diterimanya.
Ketiga, teori disonansi kognitif, teori ini mengartikan adanya ketidak sesuaian atau terjadi kesenjangan terhadap dua elemen kognitif manusia yang tidak konsisten, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan psikologis pada diri seseorang. Disonansi kognitif merupakan suatu tekanan psikologis seseorang yang mana saat seseorang memiliki dua atau lebih kognisi (sejumlah pengetahuan atau informasi) yang tidak konsisten atau tidak terkait satu sama lain (Vaugan & Hogg 2005)
Sehingga psikologis sosial membahas mengenai perasaan ketidaknyamanan seseorang terhadap sikap, pemikiran, perilaku yang saling bertentangan dan memotivasi seseorang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan itu.
Terakhir teori expectancy violations theory (evt) membahas tentang komunikasi interpersonal yang menafsirkan tentang bagaimana individu melakukan respons terhadap pelanggaran norma dan harapan sosial yang tidak terduga. Pelanggaran norma mengacu pada pelanggaran aturan sosial dalam komunitas tertentu saat adanya feedback berlangsung. Sedangkan pelanggaran harapan mengacu pada perilaku seorang communicator terhadap pengetahuan sebelumnya orang lain.
Itulah keempat teori yang menjelaskan teori-teori tentang diri dan pesan terhadap seseorang dalam melakukan interaksi antara individu, kelompok, dan organisasi dalam menjalin hubungan yang baik antar sesamanya.
Post a Comment